Translate

Minggu, 27 Oktober 2013

Satu Kata ... "YA !!!"

Jemari jemariku bergetar menutup telpon genggam itu, masih terekam jelas  barisan kalimat-kalimat yang baru saja ku baca. Seperti Guntur yang menggelegar disiang hari yang cerah, aku tersentak kaget. Ada sengatan yang menjalar rasanya di tubuh ini, perih. Bagaikan mulut yang dibungkam kuat, aku terdiam membisu seribu bahasa. Hawa dingin menjalari sekujur nafsiku hingga sampai pada bulu kuduk yang membuatku merinding. Sejenak, aku sulit bernafas, sesak. Tulang-tulang penyusun rangka tubuh ini pun mulai berguguran, rapuh seperti termakan rayap, aku lemas tak berdaya. Menunduk dalam-dalam. Tanpa  adanya peringatan dan aba-aba, dua bulir air bening jatuh. Jatuh bersama terjatuhnya aku diatas bumi ini. Perlahan dalam hitungan detik dua bulir air bening menjelma seperti bendungan yang bocor. Penopangnya telah ambruk, tak sanggup lagi menahan arus yang terlalu menyesakkan itu. Dan akhirnya, semuanya tumpah. Aku menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Hatiku terasa berteriak sangat kencang, namun hanya aku sendiri yang mampu mendengarnya. Aku menangis.

Masih tidak percaya atas kabar yang baru ku dapatkan. Aku terdiam mengingat semua kejadian yang ku alami akhir-akhir ini bersamanya. Masih juga tidak percaya. Logika ku berkali menolak bahwa hal ini tidak mungkin. Aku meyakinkan berkali-kali kalau ini hanyalah bunga tidur, aku pasti sedang bermimpi. Aku akan bangun segera. Aku berharap tiba-tiba ada hujan dimana aku terbangun karna diguyur teman sekamarku, atau tiba-tiba aku masuk jurang, dimana saat bangun ternyata aku jatuh dari tempat tidurku. Tapi sekali lagi, aku sadar ini bukan mimpi. Ini kenyataan hari ini. Aku ingat hari ini adalah hari ahad, tanggal 27 oktober 2013, aku baru saja menyelesaikan olahraga rutin bersama teman-teman hingga ku dapati telpon genggam ku yang menyimpan 7 panggilan tak terjawab dan  9 pesan yang isinya sama. Aku ingat, kalau tadi aku bersama teman-temanku dimeja makan , aku izin mau ke kamar mandi sebentar , dan jika ini adalah mimpi tentu saja aku tidak berada di depan lorong kamar mandi ini sekarang.

Aku tetap saja tidak percaya, bersikeras bahwa ini adalah hanya di alam mimpi. Aku keluar dari lorong memastikan ingatanku. Dari jarak 5 meter aku melihat 3 orang teman-teman ku, Nana, Lusi, dan Yani yang sedang makan disalah satu meja disudut kantin ini. Lusi melirik ke arah ku dan melambaikan tangan sambil tersenyum  manis. Aku terdiam, sekali lagi aku hanya bisa terdiam. Kepalaku terasa sangat berat, seperti berputar-putar  tidak karuan, seluruh badanku terasa lemas dan tiba-tiba semua menjadi samar-samar. Ku paksakan diri melangkah menuju ke meja tempat aku melihat teman-teman ku, sesaat semua mulai gelap.

Aku mulai membuka mata, perih. Sedikit terasa menyilaukan mata, diruangan serba putih ini. Perlahan mulai jelas dan kulihat satu persatu wajah teman-temanku.

“ri, syukurlah kamu sadar. Kami khawatir” ucap Nana sambil memeluk ku.

“iya ri, kamu kenapa? Kamu kurang istirahat ya akhir-akhir ini? Pokoknya kami akan jagain kamu, kamu tidak boleh tidur larut malam lagi ya” ucap Yani sambil memegang tanganku.

Aku mulai bingung. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba aku berada diruangan seperti ini dengan kondisi ada selang  hijau yang menempel di pergelangan tanganku. Aku mencoba duduk, namun terasa sangat sakit dan kepalaku masih terasa berat, aku meringis.

“ri, sudahlah, tiduran saja, kami disini kok bersamamu. Maafkan kami ya ri” ucap Lusi sembari membenarkan posisi bantal.

“lusi, na, yani? Kenapa aku disini? Apa yang baru saja aku alami? Aku belum ingat” ujar ku kepada ketiga teman-temanku. Mereka hanya menunduk dan terlihat sedih. Lama aku menunggu jawaban dari mereka yang saling membisu.

“lusi? Ada apa? handphone ku dimana ya?” tanya ku pada Lusi
Seketika aku terdiam. Handphone. Aku mengingat apa yang terjadi sebelum aku diruangan ini. Aku tersentak. Terdiam. Lalu dengan segala kepanikan aku mencari-cari telpon genggamku. Aku merogoh semua kantong bajuku, dan memeriksa tas yang ada disamping ku. Aku tidak menemukannya juga. Aku panik.

“sudahlah ri. Cukup .” ucap Lusi sambil menangis memelukku
Aku tidak menghiraukan Lusi dan teman-temanku. Aku tetap mencari telpon genggamku, airmata tak hentinya mengalir bersama kepanikan ku.

“Suri, sudah, hentikan. Tenang Suri dia akan baik-baik saja” ucap Yani sambil menenangkanku
Aku terdiam. Menutup wajah dengan kedua telapak tanganku sambil menahan airmata yang tak henti membasahi pipiku. Aku terisak dalam diam. Ketiga teman-temanku memelukku. Aku semakin terisak dan hatiku menjerit.

“ maafkan aku Suri. Maafkan aku. Sebenarnya aku telah lama tau kondisi Agung. Jujur aku tak sengaja mendengar saat dia lagi nelvon mama nya saat kita bikin jurnal di perpus 7 bulan lau. Waktu itu aku mau segera memberitahukanmu, tapi  Agung melarangku. Dia sangat mengkhawatirkan perasaanmu jika mengetahui kondisi dia sebenarnya. Aku tak bisa berbuat apa-apa ri. Aku bingung, plis maafin aku ri” ucap Lusi tertunduk

Aku hanya terdiam. Sekali lagi aku hanya bisa diam, mengela nafas panjang dan membuangnya lirih.

***

Teringat 7 bulan lalu, saat aku masih sangat dekat dengan Agung, sahabatku. Agung menemaniku dan teman-temanku menyelesaikan tugas jurnal. Agung sebagai orang yang telah berpengalaman dalam hal tulis menulis sengaja kami minta menjadi editor untuk merevisi tugas jurnal kami. Aku telah lama bersahabat dengan Agung. Sahabat yang sangat dekat. Aku mengenal Agung saat pertamakali menginjakkan kaki dikampus tercinta. Waktu itu aku hampir keserempet motor, hingga barang-barang bawaan ku dari rumah berserakan dijalan. Sipengendara motor itu berhenti dan membantu membereskan barang2ku, bahkan mengantarkanku hingga tempat kos ku yang tidak jauh dari kampus. Itulah pertamakali aku mengenal Agung. Pertamakali aku bertemu dan dengan hormat dia memintaku untuk menjadi sahabatnya. Saat itu aku mulai bersahabat dengan Agung.

Agung  dan aku seperti  sahabat yang sangat klop, sebenarnya Agung lebih menganggap aku sebagai seorang adik katanya, karna kami terpaut usia 3 tahun. Sedangkan aku terbiasa saja dengan istilah “persahabatan”. Pernah sekali  Agung minta aku panggil sebutan ‘Kakak’ padanya, tapi aku menolak dengan caraku, karna terasa aneh bagiku dengan sebutan itu. Aku terlebih dahulu mengenal Agung sebagai seorang sahabat, maka selamanya adalah sahabat. Begitu definisiku.

Hari-hari berikutnya aku lebih sering bersama teman-teman baruku Nana, Yani dan Lusi yang satu kosan denganku. Mereka bertiga juga mengenal  Agung karna Agung sering menemaniku pulang dari kampus. Terutama Lusi, teman sekamarku, yang ternyata pernah satu kompleks saat masih di Bandung dulu sebelum Agung pindah ke Solo. Aku bersahabat dengan ketiga teman perempuan ku, dan juga Agung. Aku mengenal keluarga dari sahabat-sahabatku itu, sekali sebulan kami berkunjung kerumah masing-masing tak terkecuali Agung. Kami menjadi  sangat dekat.

Hingga suatu hari, hari yang sangat penting dalam hidupku. Hari yang sangat berjuta rasanya. Hari itu Jum’at malam, Agung bersama kedua orangtuanya datang kerumahku dengan suasana yang agak berbeda dari biasanya. Agung resmi melamarku. Aku terkejut. Senang ataukah sedih? bercampur haru, bingung, dan setengah tidak percaya. Agung yang selama ini lebih ku anggap seperti sahabat baik ku, dan ku kira Agung lebih menganggapku sebagai seorang adik. Aku sungguh tidak percaya, hingga sulit bagiku mengambil sebuah keputusan karna memang aku belum siap dengan kondisi seperti ini. Sama sekali tak pernah terlintas difikiranku.

Malam itu, ku lihat Agung berpakaian rapi. Rapi sekali dan terlihat sangat berbeda dari hari biasanya. Aku sedikit pangling. Namun, menoleh kebelakang ku dapati secarik mozaik, apakah aku pantas untuk pemuda sesempurna Agung? Apa aku siap dengan segala konsekuensi nantinya jika aku menerima lamaran ini? Otak ku berfikir. Agung yang bisa dibilang perfect dikalangan anak muda seusianya pastilah banyak yang mengincarnya. Tentulah akan banyak yang melirik sebelah mata jika aku bersanding dengan dia. Lagi pula, aku terlanjur menganggap Agung seperti sahabat, selamanya sahabat. Dan hal yang terpenting adalah, aku tidak merasakan ada getaran-getaran istimewa saat aku bersama Agung. Aku kembali merasuki logika ku, apakah aku tega menolak lamaran orang sebaik Agung? Apakah aku tega mempermalukan Agung dengan ke-sok jual mahal-an aku padanya? Apa pendapat orang-orang nantinya gadis seperti ku berani-berani nya menolak lamaran seorang Agung?

Fikiran ku berkecamuk. Bingung. Satu per satu kata yang dapat ku cerna ku urai. Mencoba mencari kesimpulan dan membuat keputusan sebijaksana mungkin. Dan saat terdengar namaku ditanyai lagi atas jawabannya, aku gugup. Sekalipun aku tak berani memandang ke  arah Agung. Aku terlalu pemalu untuk hal ini. Aku menghela nafas panjang. Aku mulai mengangkat kepalaku, sekilas mataku beradu pandang dengan Agung, kulihat dia sangat tenang. Darahku berdesir. Aku mulai berkeringat dingin. Entah apa yang merasukiku, dengan berusaha tenang aku coba menjawab pertanyaan itu;

“bismillah. Terimakasih sebelumnya kepada keluarga Bapak dan Ibu Ridwan atas silaturrahimnya bersama Agung. Jujur Pak, Bu, saya sedikit terkejut. Saya akan memberi jawaban atas lamaran ini dalam waktu 6 bulan kedepan. Jika Ibu, Bapak, atau Agung tidak bersabar atas waktu yang saya tentukan, mungkin bukan saya orang yang tepat untuk Agung.”

Aku menunduk, mengatur ritme nafasku. Jantungku sudah bergemuruh tak karuan. Terdengar suara berbisik-bisik. Aku memejamkan mata demi mempersiapkan diri menerima respon dari keluarganya Agung.
“Putri Suri Vitrani, insyAllah aku akan menunggu dengan kesabaran hingga batas waktu yang kau tentukan.” Ucap Agung, sangat tenang dan bijaksana

Aku menghela nafas panjang. Prosesi lamaran malam itu berakhir dengan perasaan masing-masing dalam diriku, keluargaku, Agung dan keluarganya. Rasanya sangat aneh aku meminta waktu selama itu? Bayangkan satu semester dimasa perkuliahan, apa yang harus ku lakukan? Apa benar aku akan menumbuhkan perasaan suka pada Agung dalam waktu 6 bulan? Lalu dengan senang hati berkata menerimanya? Atau aku tetap menolak dengan alasan persahabatan? Dengan menunggu selama 6 bulan dan Agung mendapatkan keputusan ‘tidak’? malam itu, aku tidak bisa tidur. Ada beban fikiran tersendiri dari efek lamaran ini. Entah apa yang terjadi pada Agung sekarang, aku tak terlalu mau menerka-nerka perasaannya saat ini. Sangat sulit memejamkan mata hingga dini hari sekitar pukul 04.16 WIB aku baru mulai merebahkan tubuh diatas kasur.
Setelah malam prosesi  lamaran itu, aku jadi agak canggung untuk bertemu Agung. Aku lebih sering menghindar dari Agung. Bukan karna apa-apa, tapi aku hanya merasa tidak enak dan malu pada Agung. Akhirnya aku menyibukkan diri dengan teman-teman dikosan ku. Membuat berbagai karya. Mulai dari lomba paper, essay, belajar masak bahkan sampai mengajar privat di salah satu tempat bimbel milik orangtua Yani.

Hari-hariku berlalu tanpa Agung, yang ternyata juga tengah sibuk dengan proyeknya di luar kota. Jadilah aku dan Agung benar-benar terpisah dari jarak dan waktu. Aku mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sepertinya telah terjadi sesuatu padaku. Akhir-akhir ini aku lebih sering melamun, lebih senang sendirian memandangi foto-foto yang ada di laptop. Terkadang tanpa sengaja aku larut dalam alunan musik klasik hingga aku menitikkan airmata saking menghayati lirik lagu tersebut. Terkadang juga, aku sangat ceria, sangat bahagia, tersenyum tidak jelas. Tapi dilain waktu teman-teman sering mendapatiku sedang duduk termenung  dibalik jendela kamar sambil memandangi bunga-bunga merah itu.

Pernah sekali, teman-teman meledekku karna aku ketahuan menulis sebuah puisi romantis. Hal yang sangat tidak biasa ku lakukan. Aku bukan tipe gadis melankolis yang menyukai puisi, apalagi menulisnya. Namun entah motivasi dari mana tiba-tiba bait demi bait begitu lancer ku tulis dalam selembar kertas bergambar bunga mawar merah. Puisi tentang sebuah kerinduan. Rindu. Ya, aku teringat seseorang saat menuliskannya. Aku merindukan seseorang. Aku sangat rindu. Mungkinkah kerinduan ini yang membuatku sering bertingkah aneh dari biasanya? Atau bisa jadi, apa aku mulai menaruh rasa pada orang ini? Aku tak menjawab terlalu cepat. Aku belum bisa menterjemahkannya

Lima bulan berlalu, bukan waktu yang cepat bagiku. Lima bulan benar-benar aku tak pernah bertemu lagi dengan Agung, sahabatku. Ada rasa yang berkecamuk. Memang benar, telah terjadi sesuatu padaku. Entah mulai kapan, entah bagaimana, entah kenapa, aku pun tak dapat menjelaskannya. Ada sebuah harapan, ada sebuah keinginan, dan ada sebuah taman yang mulai bermekaran dihatiku. Aku tau, bahwa tepat satu bulan lagi, aku akan memberikan sebuah jawaban kepada Agung. Aku menanti kedatangannya. Aku ingin segera ia tau bahwa aku juga mempunyai rasa yang sama. Aku menjadi terpenjara sendiri dalam batas waktu yang ku tentukan dulu. Satu bulan. Lama ku rasa sekarang.

Enam bulan. Akhirnya. Tepat hari jum’at  Agung akan kerumahku lagi untuk meminta jawaban dariku. Dan aku sudah siap memberikan jawaban itu. Aku mempersiapkan segalanya. Aku mempersiapkan baju terbaik, dan wajah secerah mungkin untuk menyambut kedatangannya. Kedua orangtuaku seperti mengerti akan jawaban yang akan ku berikan. Mereka sangat mendukungku. Hari ini terlihat sangat cerah dan sempurna. Aku bahagia. Tak sabar menunggu malam tiba.

Kulirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam, aku mulai resah. Harusnya jam 7 malam ini Agung sudah datang kerumahku. Bahkan sampai sekarang tak ada kabar darinya, atau pun keluarganya. Aku masih tetap menunggu. Hingga tak sadar Ibu membangunkanku yang ketiduran di ruang tengah. Menyuruhku untuk pindah ke kamar. Ku lihat arloji, pukul 3 pagi pikirku. Aku memandang ibu, dan hanya gelengan kepala yang kudapati. Aku kecewa. Sebenar-benarnya kecewa. Sedih dan sangat menyakitkan terasa. Aku mulai berfikir aneh lagi. Apakah Agung lupa hari ini tepat 6 bulan setelah hari itu? Apakah Agung sudah melupakanku? Apa Agung tidak sabar menunggu terlalu lama hingga ia telah suka pada gadis lain ditempat kerjanya? Apakah salahku yang membentangkan waktu terlalu lama? Aku bingung. Aku sedih. Dan aku, menangis.

Seminggu setelah itu aku tak jua menerima kabar dari Agung. Aku tak tau dia dimana dan apa yang terjadi padanya sekarang. aku lebih sering diam dan sangat menutup diri. Aku telah berazzam, tak kan mengatakan atau pun menanyakan apaun tentang Agung pada siapa pun , termasuk teman-teman kosanku. Aku mulai membencinya, tega sekali dia menggantungkan aku seperti ini. Bukankah seharusnya dia yang menungguku dengan pengharapan? Kenapa sekarang hal itu yang terjadi padaku. Aku sangat kesal. Kenapa aku memberikan kesempatan untuk perasaan itu tumbuh? Ya Tuhan, aku membencinya, walau batinku  tak bisa berbohong bahwa aku mencintainya dan ingin dia datang.

Hingga sekarang, hari ini, pagi tadi saat dikantin dekat kampus ku terima 9 pesan dan 7 panggilan tak terjawab dari nomor handphone nya Agung. Pesan singkat yang membuatku menangis, bahkan hingga saat ini,

“Suri, maafkan aku. Harusnya aku datang seminggu yg lalu kerumahmu untuk menagih jawaban itu. Tapi sekali lagi maaf membuatmu menunggu, 10 hari yg lalu aku berangkat ke London utk menjalani operasi jantungku yg semakin tidak berfungsi. Akan sangat senang jika jantungku masih bisa bergetar saat menemuimu nanti. Doakan aku.
Yang senantiasa menunggumu”

***

Dalam hati, aku berjanji. Akan ku katakan segala hal yang ingin kau dengar. Tak kan ku ulur lagi walau sedetik untuk mengatakan jawaban itu. Walau sekali, tolong dengarkan aku mengatakannya padamu. Aku akan sangat menyesal jika kau tak sempat mendengarnya langsung dariku.  Dan, akan kukatakan “Ya…” untuk setiap detak jantungmu.

Dikutip dari curhatan sang teman, "Yamanef"

Jumat, 25 Oktober 2013

Mencari Kelompok Telur di Sawah Sekitar Kampus

Tugas dari mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTN307) 3(2-3)
Seperti sudah menjadi tradisi, setiap akan ujian, entah itu UTS ataupun UAS akan ada tugas yang menjadi tiket masuk ujian MK. bersangkutan. Kali ini, MK. HPT Pahort (begitu kami menyingkatnya) memberikan tugas kepada mahasiswa Proteksi Tanaman, khususnya angkatan 48 untuk mencari kelompok telur Arthropoda di sawah dekat kampus. kemudian telur yang didapat itu dipelihara selama satu minggu dan diamati apa yang terjadi.

Pagi ini, Sabtu 26 Oktober 2013 aku bersama 2 orang teman dari PTN (Selvia Wulan Hajijah dan Siti Rizkah Sagala) pergi mencari kelompok telur tersebut. Lokasi yang pertama kami kunjungi adalah Sawah Baru dekat Duta Berlian. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, sawah tersebut milik Departemen Agronomi dan Hortikultura. Ketika sampai di lokasi yang dimaksud, tidak ada satu petak pun sawah yang kami temui, yang ada hanya hamparan pertanaman singkong, dan gulma-gulma yang tingginya melebihi tinggi manusia, akhirnya kami memutuskan untuk pindahh lokasi, dan dipilihlah ICDF.

 Siti Rizkah Sagala
 Aku :)
Selvia Wulan Hajijah

Sesampainya di ICDF, kai melihat ada seorang Ibu yang tengah mengolah sawahnya. Begitu kami menghampiri Ibu tersebut katanya sedang "Ngoyos" supaya tanahnya bagus buat padi. Yaaa aku cukup mengerti apa yang dimasud Ibu tersebut, namun kedua temanku yang lain nampaknya agak bingung :D

Akhirnya kami diizinkan untuk menuruni sawah milik Ibu tersebut, dan kami pun langsung terjun ke sawah yang dimaksud. bleess, kaki kami mulai menuruni sawah, Alhamdulillah tanahnya agak sedikit keras, jadi kaki kami tidak terbenam lumpur sawah.
inilah aksi kami saat mencari kelompok telur di sawah... ^_^








Sejak pukul 6 pagi kami menyusuri sawah, namun sampai pukul 7 belum juga mendapatkan kelompok telur yang dicari. Namun kami tidak putus asa, akhirnya pencarian terus dilanjut sampai akhirnya kami dapat banyak kelompok telur itu.
Ini beberapa kelompok telur yang didapat

Sawah yang kami kunjungi ternyata masih dalam fase vegetatif, jadi belum ada yang berbulir. Ada beberapa serangga hama, predator, bahkan parasitoid disana. Serangga hama seperti Belalang (Acrididae, Orthoptera), Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens, Delphacidae, Hemiptera), penggerek batang padi (Scirpophaga innotata, Crambidae, Lepidoptera), Kepik (Coccinellidae, Hemiptera), Predator Tomcat (Paederus sp.,Staphylinidae, Coleoptera), Semut (Formicidae), Lalat, Nyamuk, Capung, dll.
 Belalang
 Penggerek Batang Padi

Kepik

Setelah kelompok telur berhasil di dapatkan, saatnya pulang. karena batas waktu peminjaman motor pun sudah habis :D
Semoga telur yang didapat bisa membantu nilai MK. HPT Pahort, Aamiin yra. ^^

Introvert dalam Kehidupan Sosial

Introvert personality adalah suatu karakter pribadi yang bersifat individu dan biasanya lebih pendiam dan tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu kelompok atau lebih suka menyendiri di rumah daripada harus berkumpul dengan orang lain, atau berjam-jam duduk di depan komputer. Tapi tidak semua introvert bersikap seperti itu, tidak sedikit orang introvert yang suka berkelompok dan membicarakan sesuatu dengan temannya walaupun kebanyakan hanya suka membicarakan atau melakukan hal-hal yang dianggapnya bermanfaat atas berbagai alasan.

Atau sederhananya adalah perasaan yang menggagap dirinya merasa lebih rendah dari orang lain sehingga cenderung mengalah dan lambat dalam merespon atau mengambil tanggung jawab.

Sifat introvert dalam psikologi banyak disebabkan oleh faktor lingkungan masa kecil. Kesimpulan awal, introvertnya dia adalah karena ada kejadian masa kecil yang membuatnya menjadi begitu. Lalu,  introvert sering terbentuk dari rasa percaya diri yang rendah, merasa inferior, tidak berdaya, dimarginalkan, malu, dan sejenisnya.

Adapun cara untuk mengatasi (mengurangi) sifat introvert antara lain adalah dengan mengingkatkan rasa percaya diri serta melakukan komunikasi yang efektif.

Kadang, diperlukan beberapa hari, minggu, bahkan berbulan-bulan untuk meningkatkan rasa percaya diri. Namun, jika kita konsisten menerapkan caranya, akhirnya Anda akan menemukan diri Anda yang baru, yang lebih kuat, dan yang lebih percaya diri!

Daripada mengurung diri, enggan bertemu orang, atau bermain komputer tanpa henti, Saatnya memulai cara-cara untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri kita. Yakni dengan menggunakan rumus :
PT = PP X A = SC
PT = Positive Thinking
PP = Potential Power
A = Action
SC = Self Confidence

Selalu berpikir positif terhadap diri kita dan lingkungan sekitar. Yakinlah bahwa diri Anda penting dan berguna. Percayakah Anda bahwa Anda dilahirkan sebagai sang juara? Perlu bukti? Anda lahir setelah diri Anda terpilih satu-satunya dari ribuan sel sperma yang terbuahi dan menjadi bentuk menjadi manusia. Namun kita pastilah tidak menganggap hal itu. Lalu ternyata Anda pun bisa berinternet ria sementara diluar sana pastilah masih banyak orang yang bertanya-tanya apa sih itu internet? Dan sebagainya.

Maksimalkan Potensi Anda. Lihatkah potensi yang Anda miliki dan yang belum Anda gali secara maksimal. Bila perlu catatlah potensi-potensi yang belum Anda garap dan buatlah catatan perkembangannya sehingga teroptimalkan.

Lakukan semuanya dalam dunia nyata (action). Beraksi secara simultan dan terus menerus untuk selalu memperbaharui kualitas diri. Lihatlah teman-teman Anda, pastilah Anda mempunyai kelebihan darinya oleh karenanya tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk takut dan merasa minder dengan yang dimiliki. Untuk menunjang hal tersebut salah satunya diperlukan komunikasi yang baik, atau biasa disebut komunikasi yang efektif.

Komunikasi efektif adalah tersampaikannya gagasan, pesan dan perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula. Bangunlah komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang menghasilakan efektifitas hasilbaik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Tanamkan sifat empati. Yakni kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Lalu buatlah dan sampaikan pesan atau berkomunikasi dengan mudah dimengerti o9leh orang lain. Perhatikan apa yang disampaikan oleh orang lain serta simaklah secara seksama apa yang dikatakan lawan bicara kita tersebut. Jangan lupa untuk selalu rendah hati dan menghargai pendapat serta pernyataan yang disampaikan oleh teman atau lawan bicara kita.

Yakinlah bahwa Anda orang yang sukses dan berhasil untuk meningkatkan kualitas hidup Anda. Dengan syarat ketekunan menyertai setiap langkah dan upaya yang akan Anda raih. Karena keberhasilan itu 99% ditentukan oleh ketekunan.
Semoga bermanfaat

Sumber: http://www.eramuslim.com/konsultasi/motivasi/pendiam.htm#.UmtEN1M8jiA 

Dunia Seorang Introvert

Ada sosok penyendiri di antara orang-orang yang sedang bergumul. Ada sosok pendiam di antara sekelompok orang yang sedang berinteraksi. Ada sosok yang terlihat serius di tengah keadaan yang tenang. Ada juga sosok yang terlihat acuh di tengah suasana yang tegang. Sosok ini berbeda,tak seperti kebanyakan orang. Namun ia bukanlah pemalu ataupun seorang yang berpenyakit ,  tetapi ia justru sedang memerhatikan. Ia senang menganalisa keadaan. Ia seorang Introvert.
Introvert adalah sebuah sifat dan karakter yang cenderung menyendiri. Mereka adalah pribadi yang tertutup dan mengesampingkan kehidupan sosial yang terlalu acak. Antonim dari sifat Introvert adalah Ekstrovert. Sifat Ekstrovert lebih membutuhkan sosial, cahaya, kebisingan, ruang lingkup yang luas dan sebagainya. Sedangkan Introvert lebih membutuhkan sebuah teh hangat dan berkumpul bersama beberapa teman dekat saja daripada pergi ke tempat yang penuh dengan orang asing. Introvert membenci basa-basi, oleh sebab itu mereka senang dengan perbincangan yang padat dan bersifat informatif.

Dari pernyataan di atas kita dapat mengambil kesimpulan kecil, bahwa Introvert adalah pribadi yang “dalam”. Istilah Introvert ini dipopulerkan oleh seorang tokoh Ilmu Psikologi yang bernama Carl Jung. Ia mengelompokan Introvert sebagai kaum minoritas. Walau kaum minor tetapi peranan mereka dalam kehidupan sosial sangat menonjol. Mungkin karena gestur dan sikap mereka yang sangat kontras berbeda dengan kelompok dominan yaitu Ekstrovert. Namun, seorang Introvert tak sepenuhnya senang menyendiri, hanya saja mereka lebih memilih untuk memiliki segelintir teman dekat namun padat seperti buku. Maksudnya adalah, teman yang memiliki cerminan pengetahuan dan pengalaman yang ada di hidup ini. Seorang Introvert pun tidak pernah menceritakan tentang hal yang bersifat pribadi kepada sembarang orang. Oleh karena itu, jika ada seorang Introvert yang dengan sukarela mengeluhkan masalahnya kepadamu, maka kau adalah orang yang sangat beruntung. Karena mereka telah mengategorikan dirimu sebagai seorang teman yang hebat.

Jadi, apa kelebihan yang dimiliki oleh seorang Introvert?
Seorang Introvert lebih fokus kepada hal yang bersifat psikis daripada fisik. Mereka senang menjelajahi ruang pikirnya, mereka membaca buku, menonton tayangan yang dapat mengasah otak, karena mereka haus dengan segala hal yang berbau informasi. Majalah American Journal of Psychiatry menyatakan bahwa, ada lebih banyak darah yang mengalir di daerah Anterior pada otak bagian depan seorang Introvert. Bagian ini berfungsi sebagai pengolah inti, seperti merencakan sesuatu dan pemecahan masalah. Itulah sebabnya mengapa mereka memiliki kekuatan konsentrasi yang baik, mereka cepat menangkap dan berintelegensi tinggi. 

Introvert adalah pemikir yang dalam. Mereka mampu melihat suatu hal dari segi manapun, berbeda dengan seorang Ekstrovert yang cenderung berpikir secara momentum saja. Selain itu mereka pandai dalam memilah sesuatu, baik itu hal kecil maupun besar, hal yang berguna maupun tidak.

Jika memang pemikiran Introvert sebaik itu, bagaimana dalam hal berbicara? Apakah mereka dapat  menyampaikan pesan secara detil seperti yang ada di pikirannya?

Dalam sebuah survey di kolom web LiveScience.com, reporter Rachael Rettner menulis bahwa, apabila ada dua orang Ekstrovert dan Introvert yang dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, maka Ekstrovert akan menjawab secara Hiperbola, sedangkan Introvert menjawab dengan Akurat. Apabila mereka melihat seekor ulat di atas makanannya, maka seorang Ekstrovert akan bereaksi melebih-lebihkan daripada seorang Introvert. Apabila dua orang Ekstrovert dan Introvert dihidangkan sebuah makan siang dalam waktu yang bersamaan, maka seorang Ekstrovert akan berkata, “Makanan ini enak sekali! Belum pernah saya merasakan yang seenak ini” lalu seorang Introvert akan menjawab, “Iya, enak.” Dari segi pemahaman dan informasi pendapat mereka berdua jelas berbeda. Itulah sebabnya mengapa kepribadian Ekstrovert dianggap sebagai perusak survey atau membuat sebuah survey menjadi tidak akurat. Karena Ekstrovert memberikan informasi secara berlebihan, sehingga pencatat survey lebih mempercayakan seorang Introvert dalam hal pendataan, ucap Donna McMillan seorang peneliti sekaligus ahli psikologi di St. Olaf College.

Bahkan di dalam dunia kerja, seorang Introvert dapat bersikap tenang menghadapi segala tekanan dan permasalahan. Mungkin karena kebiasaan mereka yang menyendiri sehingga emosi mereka terlatih untuk tetap stabil. Selalu berpikir sebelum berbicara adalah suatu naluri lahiriah bagi mereka. Introvert akan berhati-hati saat menjelaskan pendapatnya, karena mereka tak suka dengan pertikaian yang tak ada hasil. Oleh sebab itu mereka cenderung menjadi pendengar yang baik. Namun, di balik itu semua, seorang Introvert yang sedang mendengar sangat pandai dalam menggabungkan fakta-fakta dan prinsip serta pemikiran orang lain, kemudian dijadikannya sebuah klausa sebab-akibat yang baik, lalu dikemas rapih dan terbentuklah sebuah tesis, sebuah jawaban yang dapat menjadi pemecah masalah bagi sebuah perdebatan yang terjadi. Bagi Introvert diam bukan berarti tak mengerti atau tak peduli, tetapi mereka menganalisa. Kedetilan mereka akan segala hal membuat Introvert menjadi pekerja yang baik.

Di dunia seni, Introvert adalah penguasa. Ahli psikologi sekelas Mihaly Csikszentmihalyi dan Gregory Feist mengatakan bahwa, orang-orang Introvert adalah orang dengan kreatifitas berkelas nomor satu. Faktor ini terjadi karena mereka dapat menyelam penuh ke dalam pemikirannya. Membaur bersama intuisi dan ketenangan yang bersinergi dengan sunyi. Itulah syaratnya agar dapat menciptakan sebuah Adikarya. Biasanya seorang Introvert gemar menulis. Karena dalam menulis mereka dapat lebih terbuka dalam mempresentasikan pikiran ataupun membagikan pengalamannya kepada orang lain.

Ada sebuah fakta menarik dalam sebuah artikel di psychologytoday.com, yang menuliskan bahwa, orang yang Ekstrovert lebih mencari kebahagiaan dan kehidupan yang positif. Tetapi, bukan berarti Introvert mempunyai sifat yang berkebalikan, seorang Introvert tidak pernah mengategorikan dirinya sebagai sesuatu yang positif ataupun negatif, ia lebih cenderung menuju netral dalam kehidupannya. Seimbang, seperti Yin dan Yang. Mereka sosok yang bersahaja. Sebagai contoh, Mahatma Gandhi , dia adalah Introvert, Ghandi bersikeras memperjuangkan perdamaian demi  kebersamaan. Ia menetralkan semua bentuk perbedaan.

Selain Mahatma Ghandi, ada pula tokoh dunia yang lainnya, yaitu Albert Einstein, Bill Gates, Michael Jordan, Julia Roberts, Nicole Kidman, dan J.K Rowling. Mereka mampu membuktikan bahwa, dunia pun membutuhkan mereka. Jika kau senang dengan kartun dan tokoh pahlawannya, maka hampir dari semua pahlawan itu bersifat Introvert. Saat tak dibutuhkan mereka menjadi orang biasa, namun saat keadaan genting mereka berubah menjadi sosok yang luar biasa.

Dan ini adalah sepenggal kutipan dari Nicole Kidman, ia pernah berkata, “…… Sementara introvert adalah kelompok minoritas dalam masyarakat, mereka membentuk sebuah mayoritas bagi orang-orang yang berbakat.”
Introvert memang pendiam namun memiliki sosok yang luar biasa di dalam tubuhnya.
 
Sumber: Wikipedia, Livescience, Psychologytoday, American Journal of Psychiatry.

#Quote 3

"Bukan tentang seberapa lama kamu belajar, tapi sejauh apa pemahamanmu tentang yang kamu pelajari. Yang paling lama belajarnya, bukan berarti dia yang paling bagus pemahamannya"
LFJ 2013

Kamis, 24 Oktober 2013

#Quote 2

"Jika kamu berjalan di jalan yang tidak kamu inginkan, namun ragamu berada di sana, mungkin ada tangan Allah yang menuntunmu. Hingga sampai waktu yang tak terduga kamu berhasil menyusuri jalan itu"

LFJ 2013

Trial

Just ordinary people

Rabu, 23 Oktober 2013

#Quote 1



"People do not care how much you know until they know how much you care"


"Orang lain tidak akan perduli seberapa besar pengetahuan Anda hingga mereka tahu seberapa besar peduli Anda terhadap mereka"