Translate

Minggu, 03 November 2013

Ayah .. "Aku Sayang Ayah"

Ayah, beribu kata ingin ku ucapkan padamu. Namun , setiap kali aku melihatmu, kerongkonganku serasa tercekik, lidahku menjadi kaku, bahkan aku tak sanggup untuk menatap matamu yang sayu. 2 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya aku mendapatimu tengah menangis. Ya, kau menangisi aku yang akan pergi meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu di IPB. 2 tahun lalu, aku mulai tersadar akan arti sebuah cinta dalam diammu, arti cinta dalam sikap acuhmu, arti cinta dalam setiap nasihatmu.

Ayah, sejak 2 tahun ini aku memendam perasaanku. Perasaan cintaku yang semakin menggunung untukmu. Perasaan cinta yang sudah tak terbendung lagi. Aku mencintaimu teramat dalam Ayah, namun aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya, aku tidak tahu bagaimana membahasakannya.

Aku tahu Ayah, sebenarnya Kau sangat menyayangi anak-anakmu. Rasa cintamu untuk kami tentulah sangat besar. Namun Engkau terlalu takut untuk mengungkapkannya, atau mungkin Engkau malu melakukan hal itu. Tapi sungguh Ayah, kami pun mencintaimu. Sangat mencintaimu. Mencintaimu dengan teramat sangat.

Biarpun orang berkata apa tentangmu, bagi kami Engkau adalah Ayah yang sempurna. Engkau adalah tauladan kami. Darimu aku belajar arti sebuah kesabaran, darimu aku belajar arti pengorbanan, darimu pula aku belajar tentang arti cinta.

Bibirmu mungkin tidak pernah mengatakan cinta, namun hatimu selalu ditumbuhi rasa cinta. Engkau hanya tidak mengekspresikannya saja. Namun aku tetap dapat merasakan cintamu Ayah.

Kini, engkau semakin tua. Rambutmu mulai memutih, kulitmu mulai mengendur, kelopak matamu mulai cekung, tenagamu semakin berkurang, namun semangatmu tetap berkobar. Diusiamu yang telah menginjak kepala 5, engkau tak pernah letih berjuang demi keluarga. Badanmu basah oleh keringat, sengatan matahari bahkan membakar kulitmu, engkau tak pernah mengeluh. Engkau tetap bekerja demi anak dan istrimu.

Bila saja aku dapat mengantikan posisimu, aku ingin engkau menikmati masa tuamu dengan ibu di rumah tanpa harus bekerja terlalu keras. Semoga Allah mengabulkan doaku.

Mendapatimu tengah sakit, hal ini sangat menghancurkan hatiku, rasanya seperti disayat sembilu. Ingin aku memelukmu, namun lagi-lagi aku tak mampu melakukannya. Aku ingin merawatmu hingga engkau benar-benar sembuh Ayah, aku ingin berada disampingmu selagi aku mampu. Dan akan aku bisikan di telingamu, “Ayah cepat sembuh, aku sayang Ayah”.

Rasanya aku ingin mengulang masa kecilku. Masih teringat jelas diingatanku, saat aku berusia 6 tahun, saat kau mengajakku jalan-jalan, kau menggendongku, dan aku bergelayut manja dalam gendonganmu. Engkau tertawa saat melihat tingkah lakuku, engkau belikan apapun yang aku inginkan, karena engkau tak ingin melihatku menangis. Saat aku ketakutan naik escalator, engkau cepat-cepat menenangkanku dan menggendongku kembali. Aku rindu masa kecilku bersamamu Ayah.

Aku ingat sekali saat aku merengek ingin dibelikan sepeda, engkau hanya diam tanpa kata. Dan ketika aku meminta ibu untuk membelikan sepeda untukku, ibu hanya berkata “Nanti ya beli sepedanya”. Akhirnya aku hanya bias menahan segala keinginanku.
namun ternyata, kejutan kecil itu telah engkau siapkan. Aku memang tidak mendapatkan sepeda baru, tapi engkau telah bersusah payah “membuat” sepeda untukku.

Tak apa ayah, aku sangat senang sekali dengan “sepeda” yang kau buatkan itu. Sepeda kecil yang telah menemani hari-hariku, hingga aku tumbuh dan sepeda itu sudah tidak bisa aku gunakan lagi. Akhirnya, engkau membelikan sepeda baru untukku. Betapa bahagianya hatiku Ayah. Sepulang sekolah SD, Sudah ada sepeda berwarna biru dengan keranjang di depannya berdiri kokoh di teras rumah. Sontak saja aku bersorak kegirangan.

Indah sekali mengingat masa itu Ayah, kau begitu memanjakanku, dan aku pun merasa sangat dekat denganmu. Tapi kini keadaannya telah berbeda, kau seolah telah melepasku ke dunia ini. Kau memang tidak membiarkanku, tapi aku merasa lebih jauh darimu. Kau jarang sekali menegurku, kau selalu menitipkan teguranmu kepada ibu, sehingga membuat interaksi kita semakin jarang.

Ayah, sudah tak sanggup lagi aku berkata. Aku hanya bisa menangis. Saat ini aku sangat merindukanmu. Aku sangat ingin berada di dekatmu. Ayah, adakah kau merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan ?

Ayah, aku selalu berhayal bisa berjalan bersamamu, menyusuri sore hari yang teduh, atau bermain bersama di pantai, atau hanya sekedar bersenda gurau di rumah. Sungguh Ayah, aku ingin merasakan hal itu. Sesuatu yang belum pernah aku rasakan lagi setelah aku menginjak dewasa.

Aku tidak ingin menyesal karena tidak sempat mengungkapkan rasa cintaku untukmu. Aku ingin sekali dalam hidupku pernah mengatakan ”Cinta”  untukmu Ayah, secara langsung. Agar aku bisa menatap matamu, dan aku bisa memeluk tubuhmu.

Terangnya hidup di dunia
Karena sinar kasihmu papa
Biar duka menyelimuti kita
Kau slalu hadirkan bahagia

Apapun keadaanmu
Bagiku kau bagaikan raja
Pelindungku dari semua badai
Siang malam kau hangatkan aku

Bila tuhan izinkan aku bicara
Ku bersaksi tak akan pernah menyesal
Punya dia yang terhebat
Hanyalah dia ….

Bila Tuhan izinkan aku bicara
Hanya ada satu pintaku yang suci
Ku bernafas hanya untuk dia bahagia
Papa …..