Translate

Sabtu, 12 April 2014

Tipe Kepribadian : Pemikir Mandiri

Karena hobi banget berselancar di dunia maya, akhirnya nemu yang beginian..

Tipe Pemikir Mandiri adalah orang-orang yang analitis dan jenaka. Mereka biasanya percaya diri dan tidak membiarkan diri terganggu oleh konflik dan kritik. Mereka sangat sadar akan kekuatan mereka sendiri dan tidak ragu akan kemampuan mereka. Orang-orang bertipe kepribadian ini biasanya sangat sukses dalam karir karena mereka memiliki baik kompetensi maupun tekad. Tipe Pemikir Mandiri adalah ahli strategi ulung; logika, sistematika, dan pertimbangan teoritis adalah dunia mereka. Mereka haus pengetahuan dan selalu berusaha mengembangkan dan menyempurnakan pengetahuan mereka di bidang mana pun yang menarik minat mereka. Berpikir abstrak adalah kemampuan alami bagi mereka; ilmuwan dan spesialis komputer biasanya dari tipe ini.

Tipe Pemikir Mandiri adalah spesialis pada bidang mereka. Pengembangan ide dan visi penting bagi mereka; mereka senang bersikap seluwes mungkin dan, idealnya, senang bisa bekerja sendiri karena mereka sering merasa tersiksa harus menjelaskan runutan pemikiran mereka yang kompleks kepada orang lain. Tipe Pemikir Mandiri tidak tahan dengan rutinitas. Begitu mereka menganggap sebuah ide bagus, sulit membuat mereka menyerah; mereka mengejar pelaksanaan ide itu dengan keras kepala dan gigih, sekalipun ada perlawanan dari luar.

Pemikir Mandiri bukan tipe yang mudah keluar dari cangkangnya. Membicarakan kehidupan emosional juga bukan salah satu kekuatan mereka. Lagipula, hubungan sosial tidak terlalu penting bagi mereka; mereka sudah puas hanya dengan beberapa teman dekat yang dianggap mudah untuk berbagi dunia cendekia mereka. Mereka sulit membuat hubungan-hubungan baru. Dalam asmara, mereka membutuhkan banyak ruang dan kemandirian namun ini bukan berarti pasangan mereka tidak penting bagi mereka. Tipe Pemikir Mandiri biasanya memberi kesan dingin dan pendiam bagi orang lain; namun kesan ini menipu: mereka tidak tahan jika orang-orang yang dekat dengan mereka menolak mereka. Mereka lebih suka hubungan harmonis yang seimbang dengan pasangan yang memiliki minat serupa dan yang dengannya mereka dapat mewujudkan visi-visi mereka.

Selasa, 01 April 2014

UANG KULIAH TUNGGAL (UKT), PELUANG ATAU ANCAMAN?

Uang kuliah tunggal atau familiar dengan sebutan UKT baru-baru ini meramaikan dunia pendidikan khususnya di perguruan tinggi negeri. Banyak pihak yang pro dan kontra dengan kebijakan baru ini. Pasalnya, UKT tidaklah memberikan solusi untuk permasalahan biaya pendidikan bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi kalangan menengah ke bawah yang bercita-cita mengenyam pendidikan di bangku kuliah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) menjadi kementerian yang paling disorot di Tahun 2013. Kementerian yang dikepalai oleh Bapak M. Nuh ini mengeluarkan berbagai kebijakan yang fenomenal mulai dari perubahan kurikulum pembelajaran; penambahan jumlah paket soal dalam Ujian Nasional; proses seleksi masuk perguruan tinggai; dan penentuan uang kuliah tunggal yang di mulai pada mahasiswa angkatan 2013/2014.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 55 Tahun 2013 tentang Uang Kuliah Tunggal, UKT adalah sebagian biaya kuliah tunggal ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya, ditetapkan berdasarkan biaya kuliah tunggal dikurangi biaya yang ditanggung oleh Pemerintah. Biaya yang ditanggung oleh pemerintah merupakan amanat UU No. 12 tahun 2012, Bahwa berdasar pasal 83, Pemerintah menyediakan dana Pendidikan Tinggi yang dialokasikan dalam APBN dan Pemda dapat memberikan dukungan dana pendidikan tinggi yang dilokasikan dalan APBD. UKT ini terdiri atas beberapa kelompok yang ditentukan berdasarkan kelompok kemampuan ekonomi masyarakat (proposional). Pembagian kelompok-kelompok ini dimaksudkan agar semua masyarakat dapat mengenyam pendidikan perguruan tinggi, dengan sistem subsidi silang, “Si Kaya membantu Si Miskin”.
Apabila pemerintah telah menyediakan dana pendidikan tinggi, lantas apakah mahasiswa masih harus ikut menanggung biaya pendidikannya? Jawabannya adalah IYA,  karena dalam Pasal 76 ayat (3) UU 12/2012 menjelaskan “Perguruan Tinggi atau penyelenggara Perguruan Tinggi menerima pembayaran yang ikut ditanggung oleh Mahasiswa untuk membiayai studinya sesuai dengan kemampuan Mahasiswa, orang tua Mahasiswa, atau pihak yang membiayainya.” Ketentuan lebih lanjut tentang Pasal 76 ayat (3) tersebut diatur dalam peraturan menteri.  
Pasal 88 ayat (4) UU 12/2012 memberikan aturan kepada Perguruan Tinggi Negeri untuk menetapkan biaya yang ditanggung oleh Mahasiswa, yaitu harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi Mahasiswa, orang tua Mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. Dan dalam ayat (5) menjelaskan ketentuan lebih lanjut mengenai standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi diatur dalam Peraturan Menteri. Maka nampak jelas bahwa UU 12/2012 di dalam Pasal mengamanatkan untuk dibentuknya peraturan menteri terkait biaya pada pendidikan perguruan tinggi.
Amanat UU 12/2012 saat ini telah dilaksanakan, Kemendikbud akhirnya mengeluarkan Permendikbud No. 55/2013 untuk mengatur biaya kuliah tunggal, kini uang kuliah tunggal ditanggung oleh mahasiswa angkatan tahun 2013/2014. Sebelum Permendikbud No. 55/2013 dibuat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) melakukan kewenangan bebasnya untuk mengeluarkan Surat Edaran tentang UKT pada tanggal 5 Februari 2013, Surat Edaran (SE) dengan Nomor 97/E/KU/2013. SE No. 97/E/KU/2013 tersebut meminta agar perguruan tinggi untuk menghapus uang pangkal mahasiswa baru program S1 reguler mulai tahun akademik 2013/2014, serta menetapkan dan melaksanakan tarif UKT bagi mahasiswa baru program S1 reguler mulai tahun akademik 2013/2014.
Setelah SE No. 97/E/KU/2013 dikeluarkan, beberapa bulan kemudian disusul dengan terbitnya SE No. 272/El.l/KU/2013 pada tanggal 3 April 2013 yang sama masih mengatur tentang UKT. Pada SE No.272/E1.1/KU/2013 memberikan aturan kepada perguruan tinggi yang akan menetapkan tarif UKT agar sesuai dengan amanat yang diberikan oleh undang-undang, aturan itu sebagai berikut:
1.      Tarif UKT sebaiknya dibagi atas 5 kelompok, dari yang paling rendah (kelompok 1) sampai yang paling tinggi (kelompok 5);
2.      Tarif UKT kelompok yang paling rendah (kelompok 1) rentangnya yang bisa dijangkau oleh masyarakat tidak mampu (misal: kuli bangunan, tukang becak, dll), misal Rp0,- s.d. Rp500 000;
3.      Paling sedikit ada 5% dari total mahasiswa yang diterima membayar UKT kelompok 1;
4.      Untuk kelompok 3 s.d. 5 masing-masing membayar UKT sesuai dengan kemarnpuan ekonominya, dirnana kelompok 5 merupakan kelompok dengan UKT tertinggi sesuai dengan program studi masing-masing;
5.      Paling sedikit ada 5% dari total mahasiswa yang diterima membayar UKT kelompok 2 dengan rentang Rp500 000 sampai Rp1 000 000.
Berdasarkan aturan mengenai tariff UKT yang telah ditetapkan, fakta yang terjadi adalah masih banyak mahasiswa yang sebenarnya termasuk pada golongan 1 namun dikenai biaya UKT untuk golongan 4. Ini menunjukkan bahwa UKT tidak tepat sasaran, bahkan bisa dikatakan universitas yang bersangkutan telah asal tembak untuk penentuan tarif UKT kepada mahasiswa baru. Jika kasus seperti ini terjadi kepada banyak mahasiswa, maka UKT bukanlah jalan terbaik untuk mewujudkan UUD ‘45 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagaimana mungkin bangsa ini akan cerdas dan dapat mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi, jika masalah biaya untuk pendidikan masih belum terselesaikan dengan baik.
Pasal 76 ayat 2a dan 2b menjelaskan tentang pemenuhan hak mahasiswa yaitu dengan cara pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi dan memberikan bantuan atau membebaskan biaya pendidikan kepada yang membutuhkan. Pada kenyataannya pemberian beasiswa pun masih belum tepat sasaran, mahasiswa yang berasal dari keluarga mampu justru mendapatkan beasiswa yang seharusnya didapatkan oleh mahasiswa yang kurang mampu. Ini merupakan sebuah kelalaian lembaga yang bersangkutan, seharusnya penjaringan dan proses seleksi untuk beasiswa ini lebih diperketat agar tidak salah sasaran seperti yang sudah banyak terjadi di lapangan.
Sosialisasi mengenai UKT di perguruan tinggi dirasa masih sangat minim. Bahkan tidak semua mahasiswa yang ada di perguruan tinggi faham tentang system UKT. Badan eksekutif mahasiswa (BEM) merupakan wadah yang memfasilitasi mahasiswa di perguruan tinggi untuk sosialisasi mengenai UKT, namun kegiatan sosialisai ini masih kurang efektif karena penyampaian yang dilakukan tidak begitu detail sehingga menimbulkan makna ganda tentang UKT. Perhitungan tarif UKT sendiri digolongkan ke dalam lima kluster, dengan kluster 1 adalah golongan UKT paling rendah dan kluster 5 adalah golongan UKT paling tinggi.
Dampak yang dirasakan dengan adanya UKT ini adalah ketika terjadi salah sasaran penentuan kluster. UKT justru akan menjadi ancaman jika ternyata salah sasaran. Mahasiswa korban salah saran yang berasal dari golongan satu bisa saja berhenti kuliah hanya karena tidak mampu membayar UKT yang seharusnya dibayar oleh golongan lima. Akan banyak ketidakadilan yang terjadi jika kebijakan ini tidak dijalankan dengan hati-hati dan penuh perhitungan. Jika sudah seperti itu, maka anak-anak bangsa yang akan menjadi korban dari ketidakadilan yang tidak terrencana ini.


Ketika tujuan UKT adalah untuk memberikan peluang KULIAH kepada mereka yang membutuhkan, apakah kita TEGA merubahnya menjadi ANCAMAN yang menyeramkan untuk MASA DEPAN anak-anak BANGSA ?

Selasa, 25 Maret 2014

Sore yang Suram

Sore itu masih sama seperti sore-sore yang telah lalu, masih dihiasai dengan rintihan hujan yang terkadang disaut dengan petir yang menyala-nyala. Wajah kampus pun menjadi semakin hijau dan segar dengan guyuran hujan ini. Namun tidak dengan Azka, ia terlihat sangat lain dari biasanya. Wajahnya terlihat begitu suram, tidak terlihat sedikit semangat pun dari dalam dirinya. Padahal ia adalah sosok yang paling ceria diantara teman-temanku yang lain, jarang sekali, bahkan hampir tak pernah ia terlihat sedih dimataku. Tapi kali ini benar-benar berbeda. Apa sebenarnya yang sedang terjadi, fikirku.
Ia berjalan dibawah hujan, tanpa payung dan tanpa rain code. Aku yang tengah duduk di halte menunggu bus kampus mencoba menghampirinya saat ia mulai mendekat.
“Azka, Azka” panggilku sambil melambaikan tangan pada Azka
“Hai” jawab Azka singkat dengan senyum yang agak terpaksa sambil melambaikan tangannya padaku seraya berlalu.
Aku semakin bingung, “ko dia aneh banget sih, seperti raga tanpa nyawa” gumamku dalam hati.
Berjalan dengan tatapan kosong, sambil mendekap beberapa buku yang dilindungi dibalik jaket dari guyuran hujan. Saat ku perhatikan, matanya sedikit berkaca-kaca, “Mungkin dia menangis di tengah hujan, agar tidak ada orang yang tahu” terkaku.
***
“Baiklah teman-teman, karena acara pelepasan wisudawan kali ini dipegang oleh angkatan kita, seperti biasa, kita bergerak sesuai job masing-masing” Tegas Abid sebagai ketua angkatan
“Siaaaaaapppp” jawab seisi kelas sambil mengacungkan jempol tanda setuju
Kulihat, Azka hanya berdiam diri di pojok kelas sambil memegang MP3 dan headset di telinganya. Tanpa respon apapun atas penjelasan Abid. Aku pun mencoba memanggilnya melalui Briza yang duduk di dekatnya. Briza pun menyolek Azka dan memberitahunya kalau aku memanggilnya.
Aku mengangkat selembar kertas dengan emoticon smile dan menunjukkannya kepada Azka, dia pun memberikan senyumnya kepadaku. Namun hanya sekilas, dan dia pun kembali dengan posisinya, kembali ke dunianya sendiri.
Akhirnya aku semakin penasaran dengan sikap Azka yang berubah beberapa hari terakhir ini, aku putuskan untuk menyelidikinya. Aku ikuti kemanapun dia pergi, seperti biasa. Kemana Azka pergi, maka disana ada aku. Karena kami memang sangat klop.
Aku mengajak Azka untuk makan siang di Kantin Kerinduan, tempat makan favorit kami.
“Mau makan apa, biar aku pesankan” tanyaku kepada Azka
“Aku tidak mau makan, pesan minum saja 1” jawabnya singkat
“Oke” aku pun berlalu menemui Bu Haji, penjual di Kantin Kerinduan
Sambil menunggu pesanan kami datang, hari itu aku seperti menjadi orang lain. Aku perhatikan penuh raut wajah Azka, aku mencoba merasuki fikirannya, berusaha menerka apa yang sedang terjadi. Namun gagal, karena aroma masakan di Kantin membuyarkan fikiranku.
Akhirnya aku putuskan untuk membuka pembicaraan, karena sedari tadi tidak ada percakapan antara aku dan Azka.
“Azka, boleh aku bertanya sesuatu ?” Tanyaku
“Ya” jawabnya dengan tetap menatap kedepan tanpa menghiraukan aku yang berada di sampingnya
“Emmm, kenapa kamu tidak makan?” aku mengganti pertanyaanku karena merasa tidak enak hati kepada Azka
“Aku tidak lapar” tegasnya
“Oooohh” timpalku seraya berangguk antara mengerti dan heran
Suasana pun kembali hening di meja makanku, walaupun sebenarnya kantin ini ramai pengunjung. Aku berfikir keras sambil memainkan jemari tanganku di meja, dan ternyata hal itu membuat Azka merasa terganggu.
“Tolong hentikan permainan jarimu” ucap Azka kepdaku sambil menoleh dengan tatapan mata yang tajam
“Eh iya, maaf , maaf ya Azka” aku gugup dan menjadi salah tingkah dengan sikap Azka
Pesananpun dating, akhirnya aku memakan makananku dan Azka hanya berdiam diri sambil menatap jauh kedepan.
Suara HP Azka berdering tanda ada telpon masuk, Ia pun mengambilnya dari dalam tas dengan terburu-buru seperti sedang menunggu telpon penting dan langsung berpindah tempat seolah aku tidak boleh tahu obrolannya.
Aku teruskan makanku, ketika aku menoleh ke lantai, aku lihat ada kertas bermotif bunga biru tergeletak di lantai. Aku pun mengambil kertas itu. Saat aku hendak membukanya, Azka kembali dan aku segera memasukkan kertas itu kedalam tasku.
“Telpon dari siapa, kok sampai pindah tempat” tanyaku
“Bukan siapa-siapa” jawabnya ketus
Aneh, ini aneh dan sangat tidak biasa. Azka seperti kehilangan jati dirinya. Kehilangan semangat dalam hidupnya, kehilangan keceriaan dalam dirinya.
***
Seminggu berlalu, dan Azka tidak masuk kuliah setelah terakhir kali aku makan siang bersamanya. Tak ada satupun yang tahu keberadaan dan kabar Azka. Akhirnya aku putuskan untuk main ke rumahnya sehabis kuliah.
“Assalamu’alaikum, tante ini Nesya” Ucapku sambil mengetuk pintu rumah Azka
“Assalamu’alaikum” kembali aku mengetuk pintunya, namun tetap tidak ada jawaban
Akhirnya ada tetangga rumah Azka yang keluar dan memberitahuku kalau penghuni rumah sedang di rumah sakit.
“Siapa yang sakit Pak?” tanyaku kepada tetangga rumah Azka
“Azka, seminggu yang lalu dia melakukan percobaan bunuh diri” jelas Bapak separuh baya itu
“Innalillahi, benarkah itu pak? Seperti apa kronologinya?” tanyaku heran bercampur tidak percaya
“Wah kalau itu Bapak kurang mengerti Nak” ucapnya
“Eeem, Bapak tahu sekarang Azka di rawat di mana?” tanyaku kembali
“Kalau tidak salah di RS. Sifa Fadilah” jawabnya
“Oh , baiklah terima kasih Pak atas informasinya” aku pun segera berlalu